Kamis, 01 Desember 2011

asal mula bahasa

Teori mengenai asal mula bahasa dapat dibagi berdasarkan asumsi dasarnya. 'Teori Keberlanjutan' yaitu berdasarkan ide bahwa bahasa sangat kompleks sehingga tidak dapat dibayangkan ia timbul begitu saja dari ketiadaan menjadi bentuk akhir seperti sekarang: ia pastinya berkembang dari sistem pre-linguistik awal diantara leluhur primata kita. 'Teori Ketakberlanjutan' yaitu berdasarkan ide yang berlawanan -- bahwa bahasa adalah sangat unik, sebuah sifat yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ditemukan pada spesies selain manusia dan oleh karena ia pasti muncul secara tiba-tiba selama perjalanan evolusi manusia. Perbedaan lainnya yaitu antara teori yang melihat bahasa sebagai bawaan lahir yang ter-sandi secara genetis, dan mereka yang melihatnya sebagai sebuah sistem yang secara umum kultural -- dipelajari lewat interaksi sosial.

Satu-satunya pendukung teori ketakberlanjutan pada masa sekarang yaitu Noam Chomsky. Saat dipaksa untuk menjelaskan asal mula bahasa, Chomsky membalas dengan kita tidak mungkin mengetahuinya: 'Untuk menceritakan dongeng mengenai hal tersebut, hampir sama dengan jika ada primata tingkat tinggi yang mengembara pada waktu dahulu dan beberapa mutasi acak terjadi, mungkin setelah terjadinya hujan cahaya kosmik, dan mengakibatkan struktur ulang otak, menanamkan organ bahasa pada otak primata'. Walau ia memperingatkan untuk tidak menerima cerita ini secara literal, Chomsky bersikeras bahwa 'ia mungkin lebih dekat pada kenyataan dibandingkan dongeng-dongeng lainnya yang menceritakan tentang proses-proses secara evolusi, termasuk bahasa'. Baru-baru ini, Chomsky lebih lanjut berargumen bahwa ada kemungkinan sebuah mutasi terjadi pada seseorang, memicu timbulnya bahasa yang berbentuk 'sempurna' atau 'hampir-sempurna' secara 'instan'.

Teori keberlanjutan sekarang dipegang oleh mayoritas ilmuwan, tapi mereka berbeda dalam melihat dalam pengembangannya. Diantaranya yang melihat bahasa sebagai bawaan lahir, beberapa -- yang terkenal yaitu Steven Pinker -- menghindari berspekulasi mengenai pelopor bahasa pada primata non-manusia, menekankan secara sederhana bahwa kajian bahasa harusnya berevolusi secara bertahap. Yang lainnya pada kelompok intelektual yang sama -- yang terkenal yaitu Ib Ulbaek -- menganggap bahwa bahasa berkembang tidak dari komunikasi primata tapi dari kesadaran primata, yang jauh lebih kompleks. Bagi mereka yang melihat bahasa sebagai alat komunikasi yang dipelajari secara sosial, seperti Michael Tomasello, membayangkan perkembangan bahasa dari aspek komunikasi primata yang mana dikontrol secara kognitif, hal ini lebih kepada komunikasi secara gestural daripada secara vokal. Dimana prekursor vokal diperhatikan, banyak pendukung teori keberlanjutan membayangkan bahasa berkembang dari kemampuan manusia awal dalam bernyanyi.

Melampaui pembagian keberlanjutan-lawan-ketakberlanjutan adalah mereka yang melihat munculnya bahasa sebagai konsekuensi dari suatu bentuk transformasi sosial yang, dengan menghasilkan tingkat kepecayaan umum yang belum pernah terjadi sebelumnya, membebaskan potensi genetik untuk kreativitas linguistik yang sebelumnya dibiarkan tertidur. 'Teori koevolusi ritual/bicara' adalah sebuah contoh dari pendekatan ini. Ilmuwan-ilmuwan dalam kelompok intelektual ini menunjuk kepada fakta bahwa bahkan simpanse dan bonobo memiliki kemampuan terpendam dimana, dalam lingkungan liar, jarang dipergunakan.

Karena munculnya bahasa terjadi begitu jauh dalam sejarah sebelum manusia, perkembangan yang terkait tidak meninggalkan jejak sejarah langsung; dan tidak ada proses pembandingan yang dapat dilakukan pada masa sekarang. Oleh karena itu, munculnya bahasa isyarat pada masa modern -- Bahasa Isyarat Nikaragua, misalnya -- mungkin berpotensi memperlihatkan gambaran tingkat-tingkat perkembangan dan proses kreatif yang terlibat. Pendekatan lainnya yaitu dengan meneliti fosil manusia awal, melihat kemungkinan adanya jejak adaptasi fisik terhadap penggunaan bahasa. Pada beberapa kasus, saat DNA dari manusia yang telah punah dapat dipulihkan, ada atau absen-nya gen yang seharusnya berkaitan dengan bahasa -- FOXP2 sebagai contohnya -- mungkin dapat memberikan informasi lebih lanjut. Pendekatan lainnya, kali ini secara arkeologis, adalah dengan membawa perilaku simbolis (seperti aktivitas ritual) yang mungkin berpotensial meninggalkan jejak secara arkeologis -- pengumpulan dan modifikasi dari pigmen ochre yang digunakan untuk melukis badan, sebagai contohnya -- dapat membangun argumentasi teoretis untuk memberikan kesimpulan dari simbolism secara umum kepada bahasa secara khusus.

Rentang waktu bagi evolusi bahasa dan/atau prasyarat anatomis terjadi, paling tidak secara dasar, sejak perpisahan phylogenetic pada Homo (2,3 sampai 2,4 juta tahun lalu) dari Pan (5 sampai 6 juta tahun lalu) sampai munculnya perilaku modernitas sekitar 150.000 - 50.000 tahun lalu. Beberapa orang akan membantah bahwa Australopithecus kemungkinan tidak memiliki sistem komunikasi yang lebih canggih dari pada Kera Besar secara umum, tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan sejak munculnya Homo sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan perkembangan sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis, sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun yang lalu) dan perkembangan bahasa pada Homo sapiens kurang dari 200.000 tahun lampau.

Menggunakan metoda statistik untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui persebaran dan perbedaan pada bahasa modern saat sekarang, Johanna Nichols -- seorang ahli bahasa dari University of California, Berkeley -- beralasan bahwa bahasa vokal pastinya telah ada pada spesies kita paling tidak sekitar 100.000 tahun lalu. Penemuan ini secara independen didukung oleh genetis, arkeologis, paleontologi dan banyak bukti lainnya menyarankan bahwa bahasa mungkin muncul di suatu tempat di sub-Sahara Afrika selama zaman batu pertengahan, kira-kira sejaman dengan perkembangan spesies Homo sapiens.
Para linguis setuju sudah tidak ada lagi bahasa "primitif": semua populasi manusia modern berbicara bahasa yang hampir sama kompleks dan ekspresif kuatnya. Namun, doktrin abad ke-20 mengenai bahasa yang digunakan di dunia adalah dan selalu identik dan tidak bervariasi dalam kompleksitas tidak lagi diterima: penelitian terbaru telah mengeksplorasi bagaimana kompleksitas linguistik bervariasi antara dan dalam suatu bahasa selama perjalanan sejarah.


http://id.wikipedia.org/wiki/Asal_mula_bahasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar